Cacing pita merupakan salah satu parasit vertebrata yang menginfeksi dalam tubuh manusia, dan hewan di antaranya babi, sapi dan kerbau, sehingga kemungkinan besar cacing pita tersebut bisa ditularkan melalui daging sapi, babi, dan kerbau yang mungkin dari salah satu daging tersebut sering dikonsumsi.
Cacing pita atau taenia dewasa tersebut hidup dalam usus manusia yang disebut dengan induk semang definitif.
Dalam fase pertumbuhan cacing pita tersebut dalam diri manusia melalui inang antara sapi, kerbau dan babi yang mengandung telur yang masuk dalam tubuh dalam bentuk makanan yang kemudian mengeluarkan embrio dengan cara mengikuti sirkulasi darah yang berangsur-angsur akan berkembang, bukti penyebaran taenia atau cacing pita dalam tubuh manusai yang khususnya hidup dalam iklim tropis seperti Indonesia adalah provinsi Papua yang telah ditemukan sebesar 66,% atau 106 dari 160 responden positif menderita taeniasis solium yang berasal dari daging babi.
Penularan :
- Melalui daging hewan yang dikonsumsi sehari-hari seperti daging sapi, kerbau dan babi karena hewan tersebut memang terbukti mengandung larva cacing pita atau sistisekus.
- Makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih dan memungkinkan tercemar oleh telur cacing pita tersebut. Penularan terhadap penderita di mana tinjanya yang mengandung telur cacing pita.
Pengendalian
- Dengan memutuskan siklus hidupnya dengan beberapa obat yang telah direkomendasikan oleh dokter yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide.
- Dilakukan vaksinasi pada ternak terutama pada babi.
- Faktor lingkungan bersih juga sangat penting untuk memutuskan siklus hidup dari cacing pita atau taenia tersebut, karena lingkungan yang kotor justru menjadi sumber penyebaran terbesar dan tercepat cacing pita melalui hewan peliharaannya lalu kepada manusia itu sendiri.
0 komentar
Posting Komentar