Rabu, 26 November 2014

Menaksir kualitas madu

Madu yang berkualitas tinggi biasanya memiliki kekentalan yang sangat tinggi. Sehingga, Anda disarankan untuk membeli madu yang tidak encer. Selain itu, Anda pun tak boleh memilih madu yang berbuih. Buih yang ada pada madu menunjukkan bahwa madu tersebut telah mengalami fermentasi. “Sehingga kualitasnya sangat rendah,” tutur Kasno.

Adanya anggapan di masyarakat bahwa madu yang diisi dalam botol dan meletup bila ditutup adalah anggapan yang salah. Menurut dia, madu yang telah meletup itu telah mengalami fermentasi, karena banyak mengandung gas karbondioksida (CO2).



Ada juga kepercayaan di masyarakat yang mengukur madu berkualitas tinggi dengan cara memakai korek api. Menurut Kasno, bisa saja korek api yang dicelupkan ke dalam madu bisa cepat terbakar karena madu tersebut telah mengandung alkohol. Mengukur madu dengan semut pun tak bisa jadi jaminan. Madu yang rasanya sudah asam, tak akan didatangi semut.

Selain itu, untuk mendapatkan madu yang berkualitas tinggi, Anda perlu mencicipinya. Bila rasa madu tersebut sudah masam, maka kualitasnya sangat rendah. Selain telah mengalami fermentasi, madu tersebut juga telah menjadi asam cuka.

Kualitas madu ditentukan kadar air, gula, serta hidroksimetilfulfurat (HMF). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Madu No. 012545 Tahun 1994, kadar air yang dikandung madu maksimal 22 persen berat per berat. “Itupun masih terbilang sangat tinggi, karena standar FAO (organisasi pangan dan pertanian dunia) standarnya 20 persen.”

Madu yang mengadung kadar air yang tinggi akan cepat rusak kualitasnya karena sangat mudah mengalami fermentasi. Menurut Kasno, madu adalah satu bahan yang bersifat hidroskopik. Yakni, bahan yang sangat menyerap air. Jika madu dibiarkan terbuka, maka madu akan mengambil air dari udara.

“Sehingga, madu harus disimpan di tempat tertutup,” tutur Kasno berbagi tips. Dengan begitu, madu tidak akan cepat rusak.

Madu yang berkualitas tinggi juga harus mengandung gula sukrosa yang tak terlalu tinggi. Kadar sukrosa pada madu berdasarkan standar SNI, tak boleh lebih dari 10 persen.

Kadar sukrosa pada madu terjadi akibat madu dipanen muda atau dimasak begitu dipanen. Hal itu mengakibatkan enzim invertase yang ada pada madu mati. Padahal, enzim invertase ini yang berfungsi untuk mengubah gula rantai panjang menjadi monosacharida.

0 komentar

Posting Komentar

Populer Post